Keluarga Kristiani
Perkawinan Kristen
Hakikat
Perkawinan Kristen
Shalom
saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, pada kesempatan ini kita membahas mengenai
perkawinan secara Kristen, perkawinan secara Kristen pada dasarnya di
pondasikan oleh firman Tuhan yang tertulis pada Kejadian 2 : 18 : “ TUHAN Allah
berfirman :”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.
Pemahaman
sesuai Alkitab ini tentu merupakan bukti kasih Tuhan kepada manusia untuk
memiliki keturunan dengan beranak cucu dan bertambah banyak, perkawinan yang
diberkati Tuhan dengan amanah agungNya inilah merupakan bukti kasihNya
sesungguhnya kepada kita sebagai manusia, dengan dasar keyakinan dan berkat
Tuhan manusia (Kristen) menjadi bagian dari karya Allah akan dunia ini.
Tuhan
melalui firmanNya hendak menyatakan kasih seutuhnya jika manusia
diperkenankanNya membentuk suatu hubungan yang lebih dekat dan mendalam yang
kemudian disebut perkawinan dan diperhalus dengan sebutan pernikahan,
perkawinan yang dikehendaki olehNya ialah perkawinan yang seiring dan sejalan
dengan kasihNya yakni dengan mewujudnyatakan cinta kasih kepada pasangannya
dalam bahtera ruhamtangga.
Pernikahan
sendiri pada walnya dibentuk oleh ketertarikkan dan hubungan yang erat antara
laki-laki dan perempuan, ada beberapa factor yang mempengaruhi seorang laki-laki
dan perempuan akan memulai pra perkawinan yakni :
1. Ketertarikan secara rohani dan
jasmani
2. Kesamaan dan saling melengkapi
3. Kebutuhan dan timbal balik
4. Hal-hal lain yang timbul saat
pertemuan
Kita
uraikan disini mengenai faktor-faktor diatas :
1. Ketertarikan secara rohani dan
jasmani pada pemahaman disini antara laki-laki dan perempuan memiliki hubungan
keterpikatan antara rohani dan jasmani dimana ketertarikan akan menimbulkan
satu perasaan yang sama.
2. Kesamaan dan saling melengkapi,
antara perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan cirri baik dari sisi jasmani
maupun rohani seperti halnya laki-laki memiliki sifat pelindung dan pengayom
sedangkan perempuan memiliki sifat pemerhati dan perduli.
3. Kebutuhan timbal balik, pemahaman
yang perlu ditonjolkan disini ialah masing masing pihak memiliki kesamaan
pemahaman yang sama, jika laki-laki menginginkan pendamping yang sepadan dan
saling mendukung satu dengan yang lainnya.
4. Hal-hal lain yang timbul saat
pertemuan, hal ini secara khusus dan spesifik akan muncul namun jarang pada biasanya,
sama halnya karena salah satu pihak merasa senasib sehingga muncul perasaan
kebersamaan untuk lebih dekat.
Hakikat
dari dasar firman diatas adalah menghendaki jika laki-laki dan perempuan boleh
menikah dan ini merupakan perintah Tuhan yang harus dilakukan oleh manusia
dalam melaksanakan kehendak Tuhan dalam kehidupan manusia, manusia lahir
kemudian dewasa dan saat dewasa manusia tersebut sudah memiliki kehendak
sendiri meski orang tua menjadi bagian dalam kehidupannya tetapi manusia dewasa
dapat menentukan sikap sendiri untuk melangsungkan hidupnya, yakni dengan
perkawinan, antara laki-laki dan perempuan dalam dipersatukan dalam pernikahan
kudus dihadapan Tuhan.
Pernikahan
hakekatnya dibentuk dengan perasaan saling memiliki kehendak untuk
berumahtangga bukan karena sebab-sebab lain seperti adanya paksaan dan dorongan
dari keluarga, orang tua atau teman. Pemahaman menikah adalah merupakan kehendak
antara laki-laki dan perempuan untuk mau dipersatukan dalam pernikahan kudus
dihadapan Tuhan, tidak boleh baik sebelum pernikahan maupun saat pernikahan,
ada unsure keluarga/ kerabat dan pihak lain/ teman mempengaruhi kehidupan
rumahtangga pada satu keluarga, Inti dari perkawinan nantinya merupakan
kehendak diri sendiri untuk menjadi bagian dalam ibadah. Pemahaman ini
didasarkan oleh firman Tuhan yang diambil dari Kejadian 2 : 24 :” sebab itu
seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”.
Matius
19 :
19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu
baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka
laki-laki dan perempuan? 19:5 Dan
firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia."
Hakekat
perkawinan merupakan satu bagian rencana Allah atas manusia untuk memiliki
hubungan dengan manusia lain yang tidak sejenis (Laki-laki dan perempuan) untuk
bersatu dalam tali pernikahan/ perkawinan yang dipersatukan dalam penumpangan
tangan oleh karena dipersatukan dalam kebhaktian pernikahan (jika ada yang
menanyakan siapakah yang mempersatukan? Jawabannya ialah pernikahan yang
dipimpin oleh pemuka agama) namun secara iman kita meyakini pernikahan
dipersatukan dihadapan Tuhan jadi bukanlah pernikahan itu disatukan oleh Tuhan
tetapi yang perlu dititik beratkan pemahaman disini ialah pernikahan
dipersatukan oleh pemuka agama dihadapan Tuhan oleh (karena) iman Kristen.
Berdasarkan
pemahaman firman Tuhan diatas maka jika kita amati makna “meninggalkan” dan “bersatu”
itu harus diterjemahkan secara harfiah dan menyeluruh, karena banyak pemahaman
jika seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya seolah olah ayat ini
menjelaskan jika laki-laki pergi meninggalkan ayah dan ibunya untuk isterinya,
jelas yang dimaksudkan bukan begitu pemahamannya maka jika laki-laki meninggalkan
itu TIDAK disamakan dengan pergi dari ayah dan ibunya untuk bersatu dengan
isterinya tetapi lebih diartikan saat seorang laki-laki menikah maka hubungan dengan orang tuanya hanya sebagai
keluarga saja karena seorang laki-laki sebenarnya tidak pergi tetapi bersatu
dengan perempuan yang menjadi isterinya, pada ayat tersebut tidak dijelaskan secara
spesifik jika laki-laki pergi untuk menjauh dan membentuk keluarga sendiri
dengan pergi meninggalkan orang tuanya tetapi jikapun laki-laki tetap menjadi
satu bagian dari orangtuanya maka itu bukan hal yang salah justru laki-laki
saat menikah dengan perempuan yang menjadi isterinya itu hanya member arti spesifik
jika laki-laki itu telah memiliki isteri dalam kehidupannya dan tidak ada ayat
yang memiliki pemahaman lain yang menyatakan jika laki laki itu keluar/ pergi
meninggalkan orang tua karena telah menikah. Suami hanya telah memiliki isteri
meski didalam kehidupan keluarga suami sebagai anak dari orang tuanya, sehingga
isteri ikut sebagai anggota baru keluarga suami karena pernikahan laki-laki dan
perempuan, sehingga perempuan menjadi bagian dari keluarga laki-laki yang
menjadi suaminya, dan isteri harus selalu mengikuti suami dimanapun suami
berada dan tinggal, karena suami memiliki otoritas penuh sejak pernikahan
dengan perempuan yang menjadi isterinya, saat pernikahan antara laki-laki dan
perempuan maka telah bersatunya laki-laki dan perempuan sehingga laki-laki dan perempuan
itu menjadi rumahtangga baru, tidak ada ayat dialkitab yang menjelaskan jika
suami harus pergi kepada isterinya saat pernikahan dengan perempuan yang
menjadi isterinya atau bersatu dengan keluarga isterinya, tentu pemahaman
laki-laki bersatu dengan isterinya adalah satu konsep jika laki-laki telah
memiliki isteri karena pernikahan dan sudah seharusnya isteri selalu mengikuti
kehendak suaminya dan mengikuti suami berada dan tinggal karena pernikahan
antara laki-laki dan perempuan tidak memutuskan hubungan laki-laki dengan
orangtuanya!
Banyak
pemahaman keliru yang sengaja diwacanakan untuk menimbulkan kebingungan bagi
jemaat Kristen jika adanya ayat tersebut justru membuat kebimbangan sendiri
karena ada wacana jika didunia ini memang ada pemahaman pihak perempuan lebih
dominan memiliki peran dalam keluarga, sedangkan pemahaman Kristen tentang
menikah itu jelas dan tidak dapat diterjemahkan lain jika laki-laki memiliki
kekhasan yakni sebagai imam, pemimpin dan hal ini telah jelas disebutkan dalam :
Efesus 5 : 22-24 :” Hai isteri, tunduklah
kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama
seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena
itu sebagaimana jemaat tunduk kepada suami, demikian jugalah isteri kepada
suami dalam segala sesuatu”.
Pemahaman
Alkitabiah mengenai jemaat Kristen ialah menempatkan laki-laki tetap pada sisi
yang diatas perempuan karena memang maksud Tuhan tetap menjadikan laki-laki
sebagai gambar Nya dalam karya kasiNya, jika laki-laki telah dijadikanNya
terlebih dahulu daripada perempuan maka demikianlah perempuan harus tunduk
terhadap laki-laki karena Tuhan, hal ini sewperti yang ditulis pada :
1 Korintus 11 : 3 “Tetapi
aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki
ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.”
1 Korintus 11 : 8-9
:”Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan
berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena
perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki.”
Pada kedua
pemahaman dasar ayat-ayat diatas jelas disebutkan jika laki-laki memiliki peran
yang sangat penting dalam rumahtangga kaitannya sebagai imam dalam keluarga.
Tuhan menjadikan laki-laki dan perempuan agar kehendakNya dapat dinyatakan
dalam wujud karyaNya jika laki-laki sebagai gambaran Tuhan maka perempuan
sebagai penolong bagi laki-laki untuk hidup yang penuh dengan kebaikan dan
sesuai dengan kehendakNya, sehingga tidak dibenarkan jika perempuan dijadikan
untuk memerintah laki-laki dan jelas pemahaman ini sekiranya ada maka pemahaman
tersebut telah keliru. Laki-laki tetap menjadi bagian utama sebagai pemimpin
bagi perempuan dalam hidup berjemaat dan hidup dalam keluarga khususnya.
Apakah
keluarga Kristen tidak pernah menjumpai permasalahan dalam rumahtangganya?
Keluarga
Kristen merupakan bagian yang sama dengan perkembangan adab manusia dimuka
bumi, jika kehidupan keluarga Kristen dapat hidup dengan mengambil peran
sebagai bagian dalam perjalanan umat manusia maka keluarga Kristen perlu
senantiasa ikut ambil bagian dalam pelayanan dan dalam Tuhan namun demikian tidaklah
hal yang asing jika keluarga Kristen tidak luput dalam kerasnya kehidupan
duniawi, kehidupan duniawi seolah-olah mampu menjadi salah satu hambatan
keluarga Kristen untuk menata kehidupannya, tidak sedikit pula keluarga Kristen
harus menyerah dalam menghadapi kersanya kehidupan duniawi, tentu hal ini bukan
karena tidak ada sebab melainkan ada hubungan sebab antara mampunya keluarga Kristen
menghadapi persoalan dengan menghadapi gangguan dan pengaruh keras duniawi.
Tentu
jika kita melihat adanya gejolak masalah yang hinggap pada kehidupan
rumahtangga Kristen adalah hal yang tidak dapat dikiran dan diduga karena
siapapun dapat dihadang oleh kerasnya permasalahan dan badai kehidupan, adapun
permasalahan gangguan kehidupan antara lain :
1. Kurang cukupnya ketersediaan
materi;
2. Peran pihak lain yang mencampuri
rumahtangga;
3. Perselingkuhan dan perzinaan;
4. Perbedaan prinsip dan cara
pandang baik jasmani (pemikiran visi dan misi) maupun ketidak samaan pemahaman
kegerejaan (prinsip iman).
Mari
kita coba uraikan permasalahan hal duniawi yang sering mengganggu permasalahan
rumah tangga Kristen :
1. Kurang cukupnya ketersediaan
materi :
Keluarga Kristen sebaiknya
meninggalkan pemikiran kolot yang tradisional jika laki-laki hanya mencari
nafkah dan uang untuk menghidupi isteri dan anak serta kehidupan rumah tangga,
pemahaman sempit yang selama ini selalu menghinggapi jika isteri harus
mendapatkan nafkah dari suami itu wajib ADALAH hal yang sudah harus ditinggalkan/
tanggalkan, pemahaman ini jelas subyektif dan bukan berpikir secara manusia
rohani, banyak isteri karier yang bias membantu perekonomian keluarga dan bias menjadi
tulang punggung bagi suami dan keluarga manakala suami diperhadapkan oleh PHK, sakit,
sulit mencari lapangan pekerjaan dan sebab-sebab lain, hal ini Tuhan memiliki
maksud jika sumber kehidupan tidak hanya dari suami yang menjadi tulang
punggung keluarga, malahan banyak pemahaman keliru yang sengaja dilontarkan
oleh orang yang tidak bertanggungjawab jika suami telah member nafkah maka
semua urusan isteri menjadi otoritas suami bahkan suami cenderung mengekang hak
dan kewajiban isterinya dengan merasa member nafkah. Pemahaman yang benar ialah
jika nafkah bukan pada hakekatnya dititik beratkan pada suami atau isteri
karena anugerah dapat diberikan kepada siapa saja dalam keluarga Kristen, pun
banyak contohnya : pendeta pastoral yang memiliki suami, tentu suaminya harus
mengikuti kegiatan pelayanan dimana isteri ditempatkan, artinya suami menjadi “korban”
penempatan dimana isteri yang menjadi pendeta ditempatkan pelayanannya, suami
siap meninggalkan pekerjaannya jika suami beristeri pendeta (hamba Tuhan) dalam
hal ini isteri bekerja dan siap pelayanan ditempatkan dimanapun dia berada,
apakah pemahaman suami tidak bias member nafkah yang baik?? Tentu tidak karena
dalam hal ini suami mengikuti tugas panggilan pelayanan isteri sebagai pendeta
yang siap ditempatkan dimanapun berada, konsep ini berlaku secara umum bukan
spesifik pendeta perempuan saja, ada banyak hal yang harus dipahami secara
menyeluruh jika si isteri TIDAK HARUS menerima nafkah dari suami tetapi
kelebihan masing masing mengisi dan menyeimbangkan pasangannya agar nama Tuhan
dipermulialakn dalam rumah tangga Kristen, banyak pemahaman keliru atas konsep “isteri
mendapatkan nafkah dari suami” ini bisa menjadi pemahaman yang menjadi MASALAH
dalam pernikahan Kristen jikia saja suami karena suatuh hal belum bekerja, PHK,
sakit atau sebab lain karena situasi dan kondisi yang sulit, suami tidak boleh
disalahkan atau direndahkan oleh alas an ini karena suami tetap menjadi
pemimpin dan justru dalam pernikahan itu pemahaman jika isteri harus melayani
suami sehingga tidak ada konsep yang dibolak-balik karena sebab apapun seperti
isteri lebih mampu, kaya, berjabatan tinggi dari suami sehingga isteri memiliki
alas an untuk menjatuhkan suami dengan menempatkan suami pada situasi yang
rendah baik dimata isteri, keluarga isteri, jemaat maupun tetangga. Konsep yang
benar adalah isteri menghargai suami, setinggi
apapun jabatan isteri, sekaya apapun materi isteri atau hal lain apapun
maka suami tetap yang utama karena suami adalah npemimpin bagi isterinya.
2. Peran pihak lain yang mencampuri
rumahtangga;
Banyak sekali dalam siatuaasi
jaman sekarang jika pasangan yang sedang mengalami masa sukar dalam perjalanan
rumahtangganya diperhadapkan dengan hadirnya campurtangan pihak lain seperti
adanya campurtangan keluarga, kerabat, teman maupun pihak gereja yang hendak
menasehati rumah tangga Kristen, pemikiran hadirnya pihak lain dalam rumah
tangga Kristen yang tidak memiliki masalah atau sedang bermasalah justru akan
membuat runyam dan situasi kompleks dalam rumahtangga Kristen tersebut, yang
terjadi disini adalah pemahaman dan camputangan pihak lain menambah masalah
baru dengan pemberian nasehat/ arahan pandangan yang sebenarnya tidak
diperlukan oleh pasangan Kristen tersebut, karena masalah yang ada sebenarnya
dapat diselesaikan hanya oleh para pihak (suami dan isteri) dari pasangan
rumahtangga Kristen, banyak pikiran dan pemahaman jika ada pihak lain yang
menjadi penengah, saksi atau mediator anggapannya jika pihak tersebut masuk
dalam keluarga Kristen yang sedang “bermasalah” akan menjadikan masalah reda
dan peredam gejolak sehingga menjadi masalah dapat dipecahkan; justru seharusnya pihak suami dan isterilah
diantara mereka sendirilah yang mampu menyelesaikan permasalahan sendiri karena
tanpa ada campurtangan pihak lain masalahnya akan reda dan teratasi sendiri,
karena banyak pemahaman jika ada pihak lain yang masuk terlalu dalam sehingga
mencampuri urusan keluarga Kristen menjadi masalah akan selesai tetapi pada
kenyataannya masalah justru akan menjadi parah dan membesar karena telah banyak
pihak yang berkontribusi memberikan pemahaman yang justru bukan penjadi
penyelesai/ pendampai suatu persoalan tetapi ada kontribusi masalah baru
sehingga masalah tidak menjadi selesai dengan hadirnya campurtangan pihak lain.
3. Perselingkuhan dan perzinaan;
Peselingkuhan dan perzinaan ini
adalah hal yang jahat dimata Tuhan dalam pernikahan Kristen, banyak fakta pula
penyebab kekeruhan dalam keluarga Kristen jika salah satu pihak telah berlaku
zina dan menjalani perselingkuhan dengan pihak lain, jelas ini tidak dapat
dibenarkan Tuhan menolak perzinahan (Matius 19 :9);
4. Perbedaan prinsip yakni maupun
ketidak samaan pemahaman kegerejaan (prinsip iman) dan cara pandang baik
jasmani (pemikiran visi dan misi)
Konsep Iman :
Pada saat ini banyak umat percaya
semakin memiliki dasar pemikiran yang rendah dan kurang panjang, hal ini tidak
jarang dimanfaatkan oleh pelayan yang merasa benar dalam mewartakan berita
Injil, pemuka agama yang mewartakan cenderung meng”kotak-Kotakkan” jemaatnya
untuk tujuan duniawi yakni menjadikan jemaat lingkup/ golongannya menjadi fanatic
terhadap ajarannya saja dan menjelaskan jika pemahaman gereja lain lebih salah
atau lebih kurang baik ketimbang ajaran dari gerejanya, konsep ini jelas
merupakan konsep yang keliru dan sengaja dimunculkan oleh kalangan yang
mengabarkan watra injil untuk mengeruk hal duniawi seperti persembahan yang
kemudian digunakan untuk memperkaya sendiri oleh pimpinan gerejanya dan
menjadikan fanatik dengan tujuan agar jemaatnya tidak keluar dari ajaran
gerejanya walau ajaran yang ditunjukkan oleh pemuka agamanya telah keliru, padahal
konsep iman Kristen ialah pemahaman akan kesetiaan kepada Tuhan sebagai ini
melayani Tuhan dan sesame, dengan beracuan kepada Injil Tuhan bukan najaran
gereja atau pemuka agama yang keliru tetapi selalu mendasarkan dalam segala
aktifitas rohani kepada Tuhan dan Alkitab.
Konsep pemahaman Jasmani disini
ialah pemahaman seseorang atas karya pikirannya untuk menjalankan hidup ( ada
banyak rumah tangga Kristen terbelenggu dengan hadirnya konsep pemikiran isteri
yang mendominan seperti hanya keputusan isteri menjadi penentu keluarga ) jelas
pemahaman dan konsep ini salah dan keliru, hal ini akan dapat menjadi masalah
baru dalam keluarga jika dibiarkan.
Pemahaman
diatas merupakan salah satu kecil contoh hal-hal yang mampu menggoyahkan
rumahtangga Kristen sekalipun Tuhan memerintahkan agar apa yang telah
dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia. Suatu ketika jika hal-hal
kecil yang menjadi suatu masalah baru dalam keluarga Kristen maka Alkitab
menjelaskan pada :
1 Korintus 7: 5 :”
Artinya
keluarga Kristen diperbolehkan untuk mengambil waktu masing-masing untuk berdoa
dan memohon pencerahan dan kekuatan kasih Tuhan dalam menjalankan kehidupan
rumahtangga dalam arti umum jika mengambil waktu disini adalah tidak berpisah,
tetapi masing-masing mengambil waktu untuk berdoa kepada Tuhan dan kemudian
hidup bersama-sama kembali, hal ini telah jelas Nampak Tuhan tidak menghendaki
adanya permasalahan yang timbul dalam keluarga Kristen namun demikian masalah
selalu muncul adalah hal yang wajar.
SIMPULAN
Rumah
tangga Kristen ialah rumahtangga yang hidup dan lahir karena cinta kasih Tuhan
kepada manusia, manusia diberkati dalam pernikahan menjadi bagian dari
pelaksanaan perintah Tuhan sejak bumi dijadikanNya, jika rumahtangga Kristen yang
telah disatukan hidup dalam rasa syukur dan penuh kasih maka tentu hidup
keluarga Kristen menjadi damai tetapi tidak kita pungkiri keluarga Kristen akan
dapat jatuh dan terkoyak karena kerasnya hambatan yang ada itu karena memang
secara nyata keluarga Kristen benar-benar dihadapkan oleh masalah sulit yang
tidak dapat dihindari, tetapi Tuhan selalu menghendaki agar kita sehati dan
taat kepadanya, jika halangan itu karena sakit, PHK, belum bekerjanya pasangan
dan sebab-sebab lain maka kurang arif jika kita menjelek-jelekkan tentang
kehidupan rumahtangga Kristen kepada pihak lain sekalipun keluarga terdekat,
mencaci, menghina pasangan atau keluarga pasangan tentu bukan suatu konsep yang
dikehendaki Tuhan, siapa pun rumahtangga didunia ini pernah mengalami masa
sukar dan itu masa dan waktunya selalu berbeda-beda tergantung keadaan dan
situasi, jika langkah suami dan isteri yang sangat dikehendaki Tuhan ialah
bersatu hatri baik dalam suka maupun duka dan menghargai serta tidak melibatkan
pihak lain dalam kehidupan rumahtangga maka itulah keluarga yang senatiasa
berkenan kepadaNya, jika keluarga antara suami dan isteri tidak memiliki
keinginan untuk saling merendahkan dan menghina maka jika ada salah satu
pasangan yang sedang terkendala maka pasangan nya selalu siap untuk menjadi
penolong yang spadan bukan justru pasangan yang hilang saat pasangan lainnya
membutuhkan karenba sedang mengalami masa sukar, pasangan Kristen sejati ialah
pasangan yang seia sekata dan penuh kemurahanNya disertai hidup dalam syukur
meskipun kehidupan sulit dilakukan namun keluarga Kristen akan menjadi kuat
karena suami dan isteri sepakat tetap menjadi satu dan saling menguatkan dan
menopang bukan karena salah satu pasangan sedang mengalami masa sukar lalu
pasangan yang lain meninggalkannya, bagaimanapun juga suami tetap adalah
pemimpin bagi isterinya dan dimanapun suami berada maka isterinya harus selalu
mengikutinya, isteri menjadi bagian hidup dari suaminya dan isteri tunduk pada
suami karena Allah, suami sebagai imam yang menjadikan istrinya berkenan
kepadaNya untuk suamilah isteri dijadikan Allah maka itu dimanapun suami
tinggal maka isteri harus pula mengikut suaminya, demikianlah kehendakNya agar
hidup penuh kebaikkan, serta janganlah salah satu pasangan meninggalkan
pasangannya karena sebab materi yang kurang cukup apalagi jika suami telah
berbuat untuk isterinya maka tidak patut isteri meninggalkan suami karena
hasutan/ campurtangan keluarga isteri atau karena hal keuangan seperti suami
belum bekerja, PHK atau hal-hal yang tidak penting lainnya, ingatlah jika
percobaan yang sedang dialami keluarga Kristen itu bersifat sementara, saat
kita berdoa maka mujizat akan diturunkannya bagi yang menunggu nkebaikkanNya
dalam hidup umatNya, jika kita masih diperhadapkan masa sukar dalam kehidupan
rumah tangga Kristen maka yakinilah seperti firman Tuhan :Filipi 4: 19
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut
kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.
|
Semoga kasih Tuhan
Yesus member kekuatan dan pemulihan keluarga Kristen yang sedang menghadapi
masa sukar, ingatlah dalam keadaan apapun Tuhan selalu beserta dan memberkati
keluarga Kristen dan didalam dia ada janjiNya yang agung.