Perceraian dalam Pernikahan Kristen diijinkan?

Shalom,

Saudara-saudaraku yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan, kita sebagai umat kristen tentu selalu ingin seturut dan sekehandak dengan maksud dan rencananya, baik sesuai kehidupan maupun dalam segala laku kita, apalagi dalam kehidupan rumahtangga dan dalam setiap pernikahan seseorang dengan pasangannya.

Setiap kita sangat menghendaki dapat seiya sekata dan selalu hidup lurus terutama dalam mengarungi kehidupan rumahtangga dalam pernikahan, kita akan memiiki dilema dalam perjalanan kehidupan jika semua mendasarkan diri dalam masing-masing kehendak manusia dan pasangan.

Hakikat menjalin pernikahan dan rumahtangga secara sungguh merupakan dasar yang baik itu artinya seseorang telah mau sungguh-sungguh menjalankan amanah Tuhan dalam segala sendi dan aspek hidupnya, menyerahkan diri dalam kerendahan menjalin bahtera rumahtangga itu merupakan salah satu pengabdian dalam mengikuti kehendak Nya dalam hidup.

Tuhan Yesus selalu mengajarkan kepada kita jika kita selalu hidup dalam kasih dan  kemurnian diri kepadaNya dan itu dianggap sebagai tekad untuk berbakti kepadaNya, namun tanpa dipungkiri dalam perjalanan hidup seseorang segala sesuatu dapat saja terjadi tanpa diketahui oleh manusia itu sendiri karena manusia hanya mampu menjalani hidup dengan pikiran dan perasaan dan kehendaknya.

 Hakikat menikah dan menjalani perkawinan dalam kehidupan manusia itu sendiri telah didasarkan dengan amanah Tuhan semesta alam seperti sesuai dengan firmanNya pada :

Kejadian 2:18 :

2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, q  yang sepadan dengan dia 1 ."

Jelas secara iman bahwa pernikahan itu sendiri telah menjadi bagian dalam iman dan itulah mengapa dalam kekristenan menikah merupakan amanah dan  meskipun itu bukan suatu keharusan mutlak arena juga ada ayat pembanding yang menyatakan hal itu namun hal ini tentu ada sifat kekhususannya seperti seseorang itu ingin melayani Tuhan dengan seluruh hidupnya dan memilih tidak kawin dan lain sebagainya yang dipertegas dalam ayat :

7:1 Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin 1 , l  7:2 tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.

Memang kita ketahui bersama tujuan perkawinan ialah menyatukan dua anam manusia yang berbeda dan itu melalui pengikraran dan pengudusan peneguhan perkawinan melalui beberapa tahapan dan proses yang hakikatnya sama antara satu gereja yang satu dengan gereja yang lain, dan tujuan menikah itu bukan mencari keuntungan salahsatu pihak saja atau kesepakatan yang salah yang dibuat oleh pasangan dalam menikah untuk keuntungan yang tidak sesungguhnya seperti tujuan menikah dalam perkawinan.

Kita ketahui bersama jika dalam perkawinan tentu telah ada baik diakui atau tidak yakni kesepakatan tertentu dan ini dapat juga disebut dengan konsensus antar dua anak manusia sehingga kemudian sepakat dipersatukan dalam perkawinan untuk menjalin rumahtangga, uraian dalam jenjang perkawinan tentu antara calon mempelai laki-laki dan perempuan telah ada :
1. Rasa memiliki kesamanaan tujuan menikah untuk mempersatukan hubungan antar mempelai,
2. Ada kesatuan pengertian dalam kasih dan menerima masing-masing kekurangan dan perbedaan yang ada,
3. Kesamaan tujuan yang untuh dalam menjalin rumahtangga.
4. Ketertarikan masing-masing individu dengan pasangannya.

Hal datas merupakan tujuan hakikat pernikahan, tentu saja dalam setiap pribadi manusia memiliki ketidaksamaan yang ada antara satu dengan yang lain dan itulah mengapa perlu dikoordinasikan dan diperbincangan antara satu dengan yang lain sebelumnya mengenai ini, dan dalam hal tertentu terkadang kita diperhadapkan dengan suatu keadaan meski tidak terdapat ketertarikan masing-masing individu tetapi ada banyak yang hidup dalam kekurangan dan keterbatasan baik salah satu atau keduannya tetapi tetap berupaya pasangan itu mempertahankan pernikahan yang terjadi, ada beberapa ayat yang dapat menjadi rujukkan dalam kehidupan sebelum atau sesudah menikah dan terus mempertahankan pernikahan yang ada dalam iman kristen dapat dibuka di :

 Kolose 3 : 14 - 15
14 : “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”
15 : “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” 

Pada ayat diatas kita telah jelas dipertunjukkan dan diajarkan agar selalu bersama seiya sekata dalam hidup berumahtangga hal ini bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan orang kristen baik sebelum menikah maupun setelah menikah (pemberkatan peneguhan nikah) mengawali kehidupan rumahtangga baru.

Banyak hal yang akan  terjadi dalam kehidupan umat manusia tek terkecuali kehidupan umat kristenpun tidak akan luput dari problematika kehidupan dan tentu saja kita akan menyadari jika kehidupan kita juga harus terus lurus meski keadaan sekitar kita akan berusaha menjatuhkan dan memperdaya kita dalam hal apapun.

Kita yang telah mendapatkan peneguhan perkawinan khususnya akan selalu diperhadapkan oleh situasi pasca peneguhan nikah, harapan akan hidup yang penuh berkah itu selalu terus diupayakan dan diamini, kehidupan manusia harus terus mengarah pada hal baik dan terus seturut dengan kehendak Tuhan sesuai dengan pandangan alkitab. Tuhan menjadikan kita selalu terus sesuai dengan gambaran yang dikehendakiNya, Tuhan selalu menghendaki agar kita berkenan kepadaNya dalam kehidupan kita.

Namun dalam perjalanan kehidupan tentu saja setiap manusia tidak akan mampu mengerti dan memahami, karena manusia hanya bisa menjalani dan mengupayakan yang baik sesuai dengan kehendaknya sendiri dan berupaya sekehendak Tuhan,
Tuhan Yesus terus berupaya menginginkan dan menegur umatNya dalam firmanNya seperti dalam firman Tuhan :

 Markus 10:8-10  :  "10:8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. o  Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. 10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." 10:10 "

Ayat diatas selalu mengingatkan kita untuk terus selalu seturut dengan kehendakNya yakni mengosongkan kehendak kedagingan dan selalu fokus menjalani kehidupan kepada kehendak Tuhan dalam FirmanNya, mengupayakan kesatuan keluarga dan menjauhi persengketaan hidup merupakan hakikat dari cerminan firman Tuhan tersebut, kita terus akan menjadi bagian yang baik dan dikenanNya.

Prinsip utamanya dalam pernikahan kristen ialah tetap utuh dan bersatu apapun persoalan kehidupan yang ada keculai dalam satu kasus tersendiri yang melanggar norma iman yakni zina dan tentu hal ini merupakan bagian yang paling inti dalam kehidupan kerohanian pernikahan kristen secara hakikatnya, dan sesuai dengan firman Tuhan :
Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya SEORANG ISTERI TIDAK BOLEH MENCERAIKAN SUAMINYA. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan SEORANG SUAMI TIDAK BOLEH MENCERAIKAN ISTERINYA. (1 Korintus 7:10-11)

Ajaran Tuhan mengenai hidup yang baik adalah pondasi utama kehidupan kerohanian iman kristen dengan demikian kehidupan iman kristen akan terus tumbuh dan berkembang. Pasangan yang telah dipersatukan Tuhan dalam pernikahan kudus terus berupaya untuk menjadi bagian dalam pelayanan kasihNya, selalu bersyukur dan menjaga satu dengan yang lain itu perlu dan penting kaitannya dalam menjaga hubungan agar terus berjalan dengan baik.

Perselisihan dalam Perkawinan dapat Terjadi :
Pernikahan yang sekalipun telah mendapatkan pembekalan dan itu kemudian yang disebut pra nikah seberapa pembekalan yang terjadi dan seberapa kokoh pembekalan yang dilakukan oleh pemuka agama dalam memberi bekal dan nasihat terhadap calon mempelai nikah tentu itu semua akan menjadi sia-sia juga jika semua tanpa dikehendaki oleh dasar ketulusan dalam menjaga rumahtangga dengan baik, bahkan malah menjadi sia-sia pula bekal yang diberi jika sesuatu hal dalam pembekalan itu tanpa didasari dengan niat.

Tuhan telah memberikan petunjuk dalam setiap pribadi dalam menjalani rumahtangga dalam pernikahan yang dikenanNya seperti yang tertulis dalam : 2 Korintus 13 : 11
“Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!”
Efesus 4 : 2 – 3
2 : “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”
3 : “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” 
Firman Tuhan tersebut diatas jelas membuka mata pemahaman kita bersama agar kita terus meletakkan kasih dan kehendakNya dalam segala aspek kehidupan pernikahan dan rumahtangga kita bagi yang telah menikah dalam kehidupan pernikahan kristen, tujuan dan hakikat pernikahan dala peneguhan ialah bersatu dalam perbedaan yang ada sehingga setiap pribadi akan bersinergi dan bersama-sama dalam menjalani kehidupan untuk tujuan bersama pula.
Namun ternyata sekuat apapun manusia menjalankan kehidupannya ternyata juga masih ada pula hal-hal yang menjadi kerikil-kerikil dala perjalanan rumahtangga kehidupan pernikahan kristen dan ini juga tidak terkecuali juga mempengaruhi kehidupan perkawinan kristen antara lain :
1. Ketidakpatuhan/ kepercayaan satu pasangan dengan yang lain;
2. Cammpurtangan keluarga dan pihak lain diluar pasangan;
3. Faktor ekonomi;
4. Gaya hidup dan prilaku menyimpang;
5. Perselingkuhan dan tindakan menyimpang;
6. Visi dan misi yang tidak seirama lagi;
Beberapa faktor diatas bagian kecil yang merupakan suatu hal-hal yang dapat mempengaruhi kehidupan pernikahan menjadi goyah dan tidak nyaman, faktor fakktor diatas itu pula yang jika diperbesar dan tidak sgera diatasi akan menjadi persoalan baru yang besar dan menjadi penghambat kedinamisan pasangan dalam keluarga.

Pernikahan akan menjadi persoalan baru dalam kehidupan jika kehidupan dipandang menjadi persoalan baru dalam hidup rumahtangga, munculnya suatu kendala yang menghambat kehidupan rumahtangga itu menjadi kejadian yang krisis, rumahtangga yang sedang mengalami situasi pergumulan akan berada dalam hidup yang sulit jika masing-masing akan menjadi asing dengan pasangannya apalagi ada unsur masuknya pihak lain yang membuat konfil akan menjadi lebih serius, satu persoalan diatas akan menjadi persoalan baru yang tentu saja satu dengan yang lainnya harus menyadari dan mengoreksi untuk tujuan hidup berumahtangga lebih korektif lagi.
Pernikahan akan mengalami suatu masa sulit dalam hdup ini jika akan terus berlarut dan konfil akan menjadi melebar, pada situasi sulit demikian tentu masing-masing pihak akan terus merubah diri dan saling berusaha megalah dan mempertahankan rumahtangga, jauh jika hal ini dimasuki pihak lain yang mengacau keluarga dan faktor ini semakin kuat pengaruhnya menjadi memperburuk keadaan.
Pertentangan penyebab retaknya hubungan keluarga :
Keluarga akan menjadi faktor penentu khususnya pasangan tersebut berusaha untuk mewujudkan persatuan keluarga, tidak memecah, memprovokasi dan memperkeruh persoalan baru, kekeruhan dalam hubungan keluarga dalam pernikahan tidak dihindari jika masing-masing pasangan berusaha untukmempertahankan diri dengan kehendak dan egonya masing-masing.
Manusia kita ketahui memiliki kehendak sendiri-sendiri, dan kita pahami juga jika kita ini hidup tidak sama satu dengan yang lain dan selalu ada perbedaan pada setiap anak manusia, jika memang situasi pernikahan menjadi sulit maka perpecahan dan konflik tidak dapat dielakkan dan menjadi semakin memperkeruh keadaan.






Dasar firman perceraian kristen dapat dilihat dari konsep ayat :
Markus 10 : 1-12 :
 10:1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan i  dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka j  pula. 10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, k  dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" 10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?" 10:4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya l  dengan membuat surat cerai." 10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran m  hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.
Pengertian ayat tersebut diatas memang secara jelas memberi pengertian kepada kita jika perceraian BUKAN menjadi inti dari akhir konflik dari perkawinan tetapi hal itu menjadi penegas jika sudah tidak ada lagi dasar pengertian yang dipakai dalam firman alkitab menjelaskan sebagai pedoman jika dalam pernikahan terjadi masalah karena masalah dalam pernikahan kristen bagaimanapun juga tidak pernah diharapkan.

Pedoman ayat diatas tersebut menjadi bagian penting dalam kehiduapan kekristenan dalam persoalan yang muncul jika terjadi masalah dalam hidup rumahtangga keluarga kristen yang sudah lagi tidak dapat dihindarkan lagi, Tuhan sangat tidak menghendaki persoalan dalam kehidupan pernikahan kristen yang sedang berkendala.

Ayat yang telah dikutip tersebut telah menjadi bagian dalam dasar firman yang mempertegas hukum kekristenan yang diberikan jika memang telah tidak dapat dipersatukan lagi pernikahan itu.
Matius 19:8
Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.
Pada kedua ayat tersebut diatas telah menjadi dasar "hukum" kristen dalam memutus persoalan yang muncul jika memang suatu pernikahan oleh sebab apapun menjadi tidak dapat lagi bersatu, ayat tersebut memang bukan Tuhan yang memerintahkan tetapi manusia (Musa) dalam memberi jawaban persoalan mengenai perceraian dalam umat israel waktu itu dan itu terus menjadi bagian dalam padangan kekristenan dalam memberi pemahaman umat dalam pandangan persaoalan ini.

Secara hukum manusia Musa memberi penegasan akan perceraian (bukan Tuhan) bahwa perceraian "diperbolehkan" dan hal tersebut dengan tegas dengan ayat diatas mengenai perceraian manusia dalam perkawinannya, tentu maksud dalam perceraian tersebut untuk ketertiban hukum manusia dalam perkawinan dan menjadi penegar persoalan agar tetap menjadi kerangka yang tertib dalam hidup (perkawinan) dan tentu saja hal ini secara langsung atau tidak menjadi dasar perceraian secara manusia dalam perkawinan (kristen)
Hakikat secara iman kristen, Tuhan selalu menghendaki agar umatNya menjauhi perceraian dan kekeruhan dalam perkawinan, karena perkawinan yang utuh akan terus menjadi bagian perjalanan manusia dalam mengupayakan kasih, tentu saja Tuhan menghendaki perdamaian dalam kasih pernikahan karena untuk menjaga ketertiban hidup umat manusia, manusia akan menjadi kacau jika perceraian diijinkan dan terus diupayakan karena banyak pihak dan alasan akan menjadi dasar manusia menceraikan pasangannya namun demikian tidak kita pungkiri perceraian bisa terjadi karena pribadi masing-masing manusia yang tidak lagi mengupayakan jalan kasih dan perdamaian satu terhadap lain dalam pernikahan dan inilah mengapa perceraian bisa terjadi dalam kehidupan pernikahan kristen.
Apapun kemudian yang menjadi pengertian kita bersama agar kita smua meletakkan kasih dan Tuhan dalam kehidupan kita agar apapun persoalan yang ada menjadikan kita semakin bertambah dewasa dan perlunya kita terus mendekatkan diri kepada Tuhan agar kita selalu hidup lurus berkenan kepadaNya. Kiranya Tuhan Yesus menolong dan memberkati kita semua. 

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Gereja GKJW Jemaat Sidotopo, Surabaya

Perjamuan Suci dan Hubungannnya dengan Jumat Agung

Publikasi Skripsi Teologi Tentang Sidi di GKJW